Karena mata hanyalah mata, melihat semua tanpa berbalut dusta
Hingga tiba segenggam hati membawa rasa, merabunkan mata mengaburkan fakta
Andai dulu mata ini tidak pernah memandangimu, tentu mata masih melihat kebenaran tanpa kepalsuan
Kau terlihat bagai setetes embun pagi oleh mata, tanpa cacat dan juga tanpa dosa
Mata telah tertutup halusinasi berwarna rasa, tak lagi ada kenyataan, cuma kemunafikan
Cahayamu terlalu menyilaukan bagi mata, yang tanpa sadar sampai menutupi segala kepalsuan
Karena mata hanyalah mata, cinta hanya menjadi urusan rasa
Mata telah tertutup oleh rasa, mengubah pandangan akan cinta menjadi pandangan akan dirimu
Ya, hati ini yang sedang jatuh cinta kenapa mata ini yang tak pernah beristirahat?
Memandangmu ketika kau ada disekitarku, mencarimu ketika ku tak lagi melihatmu
Entah siapa yang bodoh, mungkin mata mungkin rasa, mungkin juga diriku
Yang pasti mata menikmati setiap gerakmu, menikmati setiap senyuman yang terlempar olehmu
Karena mata hanyalah mata, maka dusta hanyalah sekedar dusta
Ketika mata melihat dusta akan dirimu, semua terasa gelap, cahaya itu runtuh dan sirna
Mata tak sakit sendirian, ada telinga yang merasa dibohongi oleh bisikan rasa
Mulut juga muak akan setiap pujian yang dahulu terlontar untuk dirimu
Ah, menyesal kini setiap indra, terutama mata, karena ia yang berkerja pertama kali
Namun apa boleh dikata, karena mata hanyalah mata, bukan inginnya aku terluka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar